Sabtu, 29 Juni 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATAPELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MATERI HUBUNGAN DAN ORGANISASI INTERNASIONAL SISWA KELAS XI-IPS DI SMA NEGERI BANYUMAS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran PKn mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik. Mata pelajaran PKn diharapkan mampu membentuk siswa menjadi warga negara yang baik dan mempunyai karakter jiwa bangsa sebagai bangsa yang berkepribadian Pancasila dan UUD 1945. Namun pada kenyataannya siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat dan aktivitas siswa dalam belajar PKn siswa di sekolah. Sehingga berakibat hasil pembelajaran yang kurang maksimal atau rendah.
      Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan. Selama ini proses pembelajaran  PKn kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Sehingga Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ). Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan  meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan.
            Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam  pengajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang  terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing siswa, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Team Achiement Division ).
         Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam Keterampiln Interpersonal siswa  ( Badeni, 1998 ). Salah satu pendekatan  pembelajaran koperatif adalah dengan tipe STAD ( Student Team Achiement Division ) Diharapkan melalui pembelajaran kooperatif  dengan tipe STAD dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Melalui tipe STAD diharapkan akan meningkatkan semangat kebersamaan  dan saling membantu dalam menguasai materi PKn. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman  yang optimal terhadap mata pelajaran PKn sehingga hasil pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan melalui peningkatan aktivitas belajar.
         Permasalahan dalam penelitian ini  adalah tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil dan aktivitas siswa pada mata pelajaran PKn. Banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut diatas.  Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif, bisa bekerja sama dan membangun daya pikir yang optimal. Untuk itu melalui penelitian ini akan dicobakan suatu metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD  adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa  menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka pneliti mengambil judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATAPELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MATERI HUBUNGAN DAN ORGANISASI INTERNASIONAL SISWA KELAS XI-IPS DI SMA NEGERI BANYUMAS’’

B.     RUMUSAN  MASALAH
1.Perumusan Masalah
         Dari permasalahan yang telah disampaikan pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1)      Bagaimana penerapan metode pembelajaran koperatife Tipe STAD  dalam mata pelajaran PKn di kelas XI-IPS  di SMA Negeri Banyumas?
2)      Sejauh mana metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas XI-IPS Di SMA Negeri Banyumas?
2. Pemecahan Masalah
                 Upaya pemecahan masalah pada penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran yang melayani gaya belajar siswa,menggunakan metode belajar kooperatif tipe STAD, model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,rasa tau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok
          Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga dapat lebih menarik dan akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.Dalam setiap diri siswa pasti ada keinginan untuk mengejar nilai bagus. Untuk itu, untuk menambah motivasi bagi siswa agar ikut aktif dalam bekerjasama dengan kelompoknya, maka bagi kelompok yang mampu menjawab kuiz-kuiz yang diberikan guru akan mendapatkan nilai bonus pada nilai akhir hasil belajar mereka. Ini akan semakin meningkatkan keaktifan mereka dalam mengikuti kompetisi yang sehat antar kelompok. Dengan demikian pemilihan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengatasi kebosanan dan kurangnya antusiasme siswa,serta diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Pkn yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

C. TUJUAN PENELITIAN    
         Tujuan Penelitian ini untuk memperbaiki berbagai masalah yang  timbul dalam pembelajaran PKn di kelas XI-IPS di SMA NEGERI BANYUMAS.
  Adapun tujuan secara rinci sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran koperatife Tipe STAD dalam mata pelajaran PKn di kelas XI-IPS di SMA NEGERI BANYUMAS.
2.       Untuk sejauh mana metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas XI-IPS di SMA NEGERI BANYUMAS.

D. MANFAAT  PENELITIAN
1.      Bagi Siswa
a.       Meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran terhadap materi Pkn yang diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
c.       Menciptakan hubungan yang baik dan meningkatkan kerja sama antar siswa.

2.      Bagi Guru
a.        Mendapatkan alternatifve model pembelajaran yang menarik dalam upaya meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pkn.
b.        Membantu guru melaksanakan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar secara efektiv dan efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
c.        Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas.
3.      Bagi Instansi Pendidikan
1.      Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran Pkn.
2.      Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah Menengah Atas.
3.      Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakekat Pembelajaran PKn
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain).
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
1.  Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik.
3. Learning to live together  adalah  membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” :
Pertama :  PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua :   PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga :  PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
Keempat:   Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
Keaktifan
            Dalam proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan ini beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis misalnya gejala membaca, mendengar, dan menulis. Kegiatan psikis contohnya menyampaikan hasil percobaan membandingkan satu konsep yang sati dengan yang lainnya. (Dimyanti 2002:44).
2.      Pembelajaran Kooperatif
      Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,rasa tau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Strategi Pembelajaran Kooperatif bisa digunakan manakala :
a. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif, disamping usaha individual dalam belajar.
b. Jika guru menghendaki selruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar
c. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
e. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
f. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

1. Perencanaan
Pada tahap perancanaan, peran guru dalam pembelajaran kooperati adalah: (1) memilih pendekatan pembelajaran yang akan dipergunakan; (2) memilih materi yang menarik, sesuai dengan minat dan entry behavior siswa; (3) membentuk kelompok yang terdiri dari siswa yang beragam latar belakang (heterogen); (4) mengembangkan materi dan tujuan yang disampaikan dalam pesan verbal yang bermakna atau dalam bentuk demonstrasi yang disertai dengan keterampilan tertentu; (5) mengenalkan siswa kepada tugas dan peran yang diembannya dalam pembelajaran; dan (6) merencanakan waktu dan tempat pelaksanaan pembelajaran, termasuk penataan ruang dan tempat duduk.

2. Pelaksanaan
Tugas guru pada saat pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah: (1) menyampaikan tujuan pelajaran dan membangkitkan motivasi; (2) menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal buku teks/ atau bentuk-bentuk lain; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; (4) mengelola dan membantu siswa selama belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masing; (5) mengevaluasi penguasaan kelompok atas bahaan ajar; (6) pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.
Diantara keenam tugas guru tersebut, yang perlu dicatat adalah tugas mengelola siswa selama belajar kelompok. Hal ini dikarenakan pada tugas tersebut, guru diharapkan mampu membantu siswa dalam bekerja kelompok, membantu transisi, mengajarkan kerjasama, mengajarkan kesadaran untuk saling bergantung, serta mengajarkan keterampilan sosial (berbagi, berperan serta, dan berkomunikasi).

3.Penilaian dalam Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan strategi penilaian hasil belajar yang konsisten dengan tujuan pembelajaran dan model pengajaran yang sedang digunakan merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran kooperatif.  Jika guru menggunakan pengajaran langsung untuk mengajarkan suatu keterampilan tertentu, maka diperlukan tes kinerja untuk mengukur ketuntasan keterampilan tersebut.  Demikian juga, apabila tujuan  itu adalah untuk mencapai pengetahuan deklaratif, tespaper-and-pancil merupakan alat ukur terbaik untuk mengetahui apakan tujuan tersebut telah tercapai.


1. Pengukuran dalam Pembelajaran Kooperatif
Pengukuran hasil belajar dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD, dilakukan guru dengan cara meminta siswa menjawab kuis tentang materi pembelajaran. Butir-butir tes pada kuis harus merupakan suatu jenis tes obyektif paper-and-pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Sistem penyekoran yang dipergunakan seperti berikut :



Langkah 1
Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu
Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini
Siswa memperoleh poin kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini
Langkah 3
Menghitung skor perkembangan
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar -——— 0 poin
10 poin di bawah sainpai 1 poin di bawah skor dasar ——— 10 poin
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar —————-—- 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar ————— 30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) ——30 poin

Besar poin yang disumbangkan tiap siswa kepada tim ditentukan oleh berapa skor siswa melampaui rata-rata skor kuis siswa itu sendiri di waktu lampau. Siswa dengan pekerjaan sempurna mendapatkan poin perkembangan maksimum, tanpa memperhatikan point dasar mereka.
Sistem pengukuran individual ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menyumbang poin maksimum kepada tim jika (dan hanya jika) siswa itu melakukan yang terbaik, sebingga menunjukkan peningkatan perkembangan substansial atau mencapai pekerjaan sempurna.
 Laporan atau presentasi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar  untuk  evaluasi, dan siswa hendaknya diberi penghargaan untuk dua-duanya, sumbangan individual dan hasil kolektif.

2. Pemberian Nilai dalam Pembelajaran Kooperatif
Pemberian nilai dalam pembelajaran kooperatif mengharuskan guru untuk berhati-hati dengan cara menilai yang diterapkan. Konsisten dengan konsep struktur  penghargaan kooperatif adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil akhir dan perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Tugas penilaian ganda ini menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok. Sebagai misal, kadang-kadang beberapa siswa ambisius dapat mengambil bagian lebih besar dari tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek kelompok dan kemudian merasa diperlakukan tidak adil karena temannya yang hanya memberikan sedikit sumbangan toh menerima hasil yang sama. Sama halnya, siswa yang telah mengabaikan tanggung jawabnya terhadap upaya kelompok dapat menunjukkan sikap sinis terhadap suatu sistem yang memberikan penghargaan kepada mereka untuk pekerjaan yang tidak mereka lakukan.
Suatu tugas penilaian penting terakhir yang harus dilakukan guru adalah memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap upaya dan hasil belajar kooperatif yang telah dilakukan siswa.


Prinsip Utama Belajar Kooperatif

1.      Kesamaan tujuan

Lebih sama tujuan anak-anak dalam kelompok, kegiatan belajar lebih kooperatif. Pada suatu saat anak-anak mungkin tampak bekerja kooperatif apabila bertanya tentang ejaan suatu kata atau berbagi pensil saat menggambar. Mungkin anak-anak tersebut memiliki tujuan sendiri yang terpisah dalam kasus ini.
Jika suatu kelas bekerja sama dalam suatu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak-anak lain senang atau mengapresiasi kelompok itu. Namun, tujuan tiap anak mungkin tidak sama. Seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kelas lain, yang lain betul-betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan makin kooperatif.

2.      Ketergantungan Positif

Prinsip kedua dari belajar kooperatif adalah ketergantungan positif. Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama. Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut.
1)      Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamal peningkat, penjelas atau perekam. Dengan cara ini tiap individu memiliki tugas khusus dan kontribusi tiap orang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
2)      Pecahlah tugas rnenjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas. Setiap anggota kelompok diberi sub tugas. Input diperlukan oleh seluruh anggota kelompok.
3)      Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu. Anak-anak dapat bekerja berpasangan dengan penilaian tiap pasangan dengan penilaian tiap pasangan.
4)      Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama lain.
5)      Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk membangun kekuatan imaginatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi. Misalnya, "kamu di suatu pulau dan harus mencipakan rumah, petani dan masyarakat yang mencukupi diri sendiri"
 Perbedaan antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :

Belajar Kooperatif
Belajar Kelompok
Memiliki beragam model
Hanya memiliki satu moel, yaitu beberapa siswa tergabung dalam satu kelompok
Memilii struktur, jumlah serta teknik tertentu
Memiliki satu cara, yaitu menyelesaikan tugas tertentu bersama-sama
Mengaktifkan semua angota kelompok untuk berperan serta dalam menyelesai tugas tertentu
Menimbulkan gejala ketergantungan antar angota kelompok
Belajar kooperatif menggalang potensi sosialisasi di antara angotanya
Sangat tergantung dari niat baik setiap anggota kelompok

Manfaat Belajar Kooperatlf

1.      Meningkatkan hasil belajar
2.      Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif member kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
3.      Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif darap membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.
4.      menumbuhkan realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kajian proyek, serta latihan memecahkan masalah.
5.      Memadukan dan menerapkan pengengetahuan dan ketrampilan.
6.      Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
7.      Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.

Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif

1.      Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.
2.      Memerlukan latihan agar siswa terbiaa belajar dalam tim.
3.      Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan Pembahasan materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik-baiknyaa agar sesuai dengan misi belajar kooperatif.
4.      Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
5.      Guru memerlukan kemampuan khusus untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperatif.


Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin (1983), dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan.
Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.  Secara sederhana pendekatan STAD digambarkan dalam pola sebagai berikut.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
    Kelas XI Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
4. Menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional
4.1. mendeskripsikan pengertian, pentingnya, dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu negara




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a.      Setting Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) karena manekankan kelas sebagai setting dari penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berusaha menguji coba suatu model pembelajaran yang bisa dijadikan informasi untuk mengembangkan proses pembelajaran.Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester ganjil.

b.        Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPS 1 SMA Negeri Banyumas  tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 45 orang siswa, 27 perempuan dan 18 laki-laki

c.         Waktu dan Lokasi Penelitian
               Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2013.Lokasi penelitian adalah SMA Negeri Banyumas di Kabupaten Banyumas

d.        Fokus penelitian
Fokus penelitian ini adalah “Peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD  pada mata pelajaran PKn”.

e.         Sumber Data Penelitian
Sumber data untuk penelitian ini diperoleh dari:
1.      Responden
Peneliti menetapkan sejumlah 45 siswa untuk menjadi objek penelitian di kelas XI-IPS  SMA Negeri Banyumas pada tahun pelajaran 2013/2014.
2.      Informan
·     Kepala sekolah sebagai orang bertanggung jawab terhadap sekolah yang dijadikan objek penelitian
·     Guru Kelas sebagai orang yang terkait dalam melaksanakan berbagai tindakan yang berhubungan dengan prestasi belajar
·     Perangkat administrasi dikelas antara lain: daftar hadir, perangkat pembelajaran, daftar nilai dan sebagainya.

3.      Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian terdiri dari dua macam yaitu instrument guru dan siswa. Instrumen untuk guru yaitu instrument pengamtan dalam pengamatan pelaksanaan diskusi kelompok, melaksanakan presentasi instrument untuk siswa terdiri dari instrument penegasan pelaksanaan diskusi, instrument evaluasi dan instrument refleksi.
4.      Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah:
1.      Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2004: 135).
Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data prnyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw. Wawancara dilakukan pada siswa sebagai objek peneliyian dan pada informan sebagai pendukung yaitu kepala sekolah dan guru.
2.      Teknik Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu olrh guru kelas. Adapun teknik observasi yaitu: (1). mempersiapkan lembar observasi yang berisi butiran-butiran sasaran tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran dan dalam mengerjakan soal; (2). melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar mengajar sampai pada siswa memahami materi yang disampaikan dengan metode jigsaw; (3). mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

3.      Teknik Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi segala bentuk arsip yang terkumpul saat penelitian berlangsung, baik berupa data lisan, tertulis, gambar atau foto maupun rekaman video pembelajaran.

4.    Desain Penelitian dan Tahap Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), artinya penelitian yang dilakukan di kelas dalam satu sekolah. Dalam Penelitian tindakan Kelas ini berisi refleksi awal dan perencanaan umum. Refleksi awal berupa suatu renungan dalam sehingga dapat menemukan kelemahan-kelemahannya yang nantinya diperoleh kemanfaatan berupa perbaikan praktis yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian yang berdaur dengan empat tahap, yaitu (1). perencanaan, (2). pelaksanaan, (3). pengamatan, dan (4). refleksi. Setelah dilakukan refleksi yang berupa analisis dan penelitian terhadap proses tindakan tersebut, akan muncul permasalahan baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga perlu merencanakan ulang dan merefleksi ulang, Desain tersebut bila digambarkan sebagai berikut.




 
Prosedur Penelitian
Siklus I
A. Perencanaan
1.      Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
2.      Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3.      Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4.      Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5.      Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
6.      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
7.      Menyusun lembar kerja siswa
8.      Mengembangkan format evaluasi
9.      Mengembangkan format observasi pembelajaran.
B. Tindakan
1.      Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
2.      Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
3.      Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
4.      Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
5.      Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
6.      Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
7.      Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
C. Pengamatan
1.      Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
2.      Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
D. Refleksi
1.      Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
2.      Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
3.      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
A.    Perencanaan

1.      Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
2.      Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
3.      Pengembangan program tindakan II.

B. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1. Guru melakukan appersepsi
2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3. Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
4. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
5. Siswa menceritakan contoh-contoh hubungan dan organisasi internasional yang ada pada gambar.
6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7. Presentasi hasil diskusi.
8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

C. Pengamatan (Observasi)
1.      Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
2.      Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

D.    Refleksi

1.      Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
2.      Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
3.      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
4.      Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.


5.      Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripti kaulitatif dengan langkah - langkah:
1.    Pada tahap pertama peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran PKn.
2.    Selanjutnya peneliti membagikan angket kepada siswa, kepala sekolah dan guru kelas untuk diisi dengan sejujurnya/ sebenarnya, dengan harapan setelah diisi peneliti akan memperoleh gambaran tentang sikap, motivasi dan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran PKn.
3.    Pada tahap ketiga peneliti melaksanakan tes hasil belajar. Dari pengamatan secara kolaboratif partisipatori antara peneliti, kepala sekolah dan guru kelas merancang suatu tindakan kelas guna meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya materi pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.














DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rochmadi, Nur Wahyu.2005.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Semarang.
Achmad Kosasih Djahiri. (1988). Strategi Pembelajaran IPS/PKN. Bandung:
IKIP Bandung.
Masrokah.2010. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran PPKn pada Siswa di SMP Pancasila Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2010-2011.Laporan Penelitian.UNNES.
Toruan SH, Drs. Aston L.2007. Pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.Laporan Penelitian.IKIP Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bina Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar