BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pembelajaran PKn mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik. Mata pelajaran PKn
diharapkan mampu
membentuk siswa menjadi warga negara yang baik dan
mempunyai karakter jiwa bangsa sebagai bangsa yang berkepribadian Pancasila dan
UUD 1945. Namun
pada kenyataannya siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini
pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan
semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat
dan aktivitas siswa dalam belajar PKn siswa di sekolah. Sehingga berakibat
hasil pembelajaran yang kurang maksimal atau rendah.
Banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa yaitu faktor internal
dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar,
intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan
belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Selama ini proses
pembelajaran PKn kebanyakan
masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada
siswa yang pasif. Sehingga Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu
metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (
3DCH ). Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi monoton dan kurang
menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn.
Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak
seperti yang diharapkan.
Memperhatikan permasalahan diatas,
sudah selayaknya dalam pengajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran
yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing siswa, maka
dalam penelitian ini akan
diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD ( Student Team Achiement Division ).
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan
pendidikan, khususnya dalam Keterampiln Interpersonal
siswa ( Badeni, 1998 ). Salah satu pendekatan pembelajaran koperatif adalah dengan tipe
STAD ( Student Team Achiement Division ). Diharapkan melalui pembelajaran
kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan
hasil dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Melalui tipe STAD
diharapkan akan meningkatkan semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi
PKn. Sehingga siswa dapat meningkatkan
pemahaman yang optimal
terhadap mata pelajaran PKn sehingga hasil pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan melalui peningkatan aktivitas belajar.
Permasalahan
dalam
penelitian ini adalah
tindakan apa
yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil dan aktivitas siswa pada mata
pelajaran PKn. Banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi
permasalahan tersebut diatas. Oleh karena itu perlu dicari jalan
keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan, aktif, kreatif, bisa bekerja sama dan membangun
daya pikir yang optimal. Untuk itu melalui penelitian ini akan dicobakan suatu metode pembelajaran
Kooperatif tipe STAD. Keunggulan
dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama
dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok
tergantung keberhasilan individu, sehingga
setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain.
Pembelajaran kooperatif
tipe STAD menekankan
pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan diatas, maka pneliti mengambil judul “PENINGKATAN HASIL
BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD PADA MATAPELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM
MATERI HUBUNGAN DAN ORGANISASI INTERNASIONAL SISWA KELAS XI-IPS DI SMA NEGERI
BANYUMAS’’
B.
RUMUSAN MASALAH
1.Perumusan Masalah
Dari
permasalahan yang telah disampaikan pada latar belakang masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Bagaimana penerapan metode pembelajaran koperatife Tipe STAD dalam mata pelajaran PKn di kelas XI-IPS di SMA
Negeri Banyumas?
2) Sejauh mana metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas XI-IPS Di SMA Negeri Banyumas?
2. Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah pada penelitian ini dilakukan
dengan melaksanakan pembelajaran yang melayani gaya belajar siswa,menggunakan
metode belajar kooperatif tipe STAD, model
pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara
empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis
kelamin,rasa tau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga dapat lebih menarik dan
akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.Dalam
setiap diri siswa pasti ada keinginan untuk mengejar nilai bagus. Untuk itu,
untuk menambah motivasi bagi siswa agar ikut aktif dalam bekerjasama dengan
kelompoknya, maka bagi kelompok yang mampu
menjawab kuiz-kuiz yang diberikan guru akan mendapatkan nilai bonus
pada nilai akhir hasil belajar mereka. Ini akan semakin meningkatkan keaktifan
mereka dalam mengikuti kompetisi yang sehat antar kelompok. Dengan demikian
pemilihan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
mengatasi kebosanan dan kurangnya antusiasme siswa,serta diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Pkn yang berdampak
pada meningkatnya hasil belajar siswa.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
Penelitian ini
untuk memperbaiki berbagai masalah yang timbul dalam pembelajaran PKn di kelas XI-IPS di SMA NEGERI BANYUMAS.
Adapun tujuan secara rinci sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran koperatife Tipe STAD dalam mata pelajaran PKn di kelas XI-IPS di SMA NEGERI BANYUMAS.
2.
Untuk sejauh mana metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas XI-IPS di SMA NEGERI BANYUMAS.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi
Siswa
a. Meningkatkan
pemahaman siswa dalam proses pembelajaran terhadap materi Pkn yang diberikan
oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
c. Menciptakan
hubungan yang baik dan meningkatkan kerja sama antar siswa.
2. Bagi
Guru
a.
Mendapatkan alternatifve
model pembelajaran yang menarik dalam upaya meningkatkan pemahaman dan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pkn.
b.
Membantu guru
melaksanakan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar secara efektiv dan
efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
c.
Mengembangkan kualitas guru dalam
mengajarkan pedidikan kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas.
3. Bagi
Instansi Pendidikan
1. Hasil
penelitian ini akan memberikan sumbangan sebagai salah satu alternative untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran Pkn.
2. Memperbaiki
proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah Menengah Atas.
3. Memberikan
alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hakekat
Pembelajaran PKn
a.
Pengertian belajar
Belajar merupakan
proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi
perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil
pengalaman (Learning is a change of
behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah
seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan
yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah
kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek
psikomotorik (psychomotoric domain).
Ada empat pilar belajar yang
dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
1. Learning to Know, yaitu suatu proses
pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan
dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan Controlling, Monitoring,
Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam
potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan
juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta
mengelola dan mengatasi koflik.
3. Learning to live together
adalah membekali kemampuan untuk
hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling
pengertia dan tanpa prasangka.
4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai
tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan
ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari
informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah,
bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya
behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga
menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri,
memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional
intelegence (kecerdasan emosi).
b.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan
karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” :
Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan
yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum,
sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan
sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan
konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang
cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan
kecerdasan warga negara (civic intelegence)
sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka
pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan
partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk
menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran
yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar
tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari
ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
Keempat: Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi.
Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan
semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi
melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara
demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan
sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan
belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi
dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang
lebih berbasis kelas.
Keaktifan
Dalam
proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan ini beraneka ragam
bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis
misalnya gejala membaca, mendengar, dan menulis. Kegiatan psikis contohnya
menyampaikan hasil percobaan membandingkan satu konsep yang sati dengan yang
lainnya. (Dimyanti 2002:44).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara
empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis
kelamin,rasa tau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Strategi
Pembelajaran Kooperatif bisa digunakan manakala :
a.
Guru menekankan pentingnya usaha kolektif, disamping usaha individual dalam
belajar.
b.
Jika guru menghendaki selruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar
c. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
c. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
e.
Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat
partisipasi mereka.
f.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
Prosedur Pembelajaran
Kooperatif
Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
1. Perencanaan
Pada tahap perancanaan, peran guru dalam
pembelajaran kooperati adalah: (1) memilih pendekatan pembelajaran yang akan
dipergunakan; (2) memilih materi yang menarik, sesuai dengan minat dan entry
behavior siswa; (3) membentuk kelompok yang terdiri dari siswa yang beragam
latar belakang (heterogen); (4) mengembangkan materi dan tujuan yang
disampaikan dalam pesan verbal yang bermakna atau dalam bentuk demonstrasi yang
disertai dengan keterampilan tertentu; (5) mengenalkan siswa kepada tugas dan
peran yang diembannya dalam pembelajaran; dan (6) merencanakan waktu dan tempat
pelaksanaan pembelajaran, termasuk penataan ruang dan tempat duduk.
2. Pelaksanaan
Tugas guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah: (1) menyampaikan tujuan pelajaran
dan membangkitkan motivasi; (2) menyajikan informasi kepada siswa dengan
demonstrasi disertai penjelasan verbal buku teks/ atau bentuk-bentuk lain; (3)
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; (4) mengelola dan
membantu siswa selama belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masing;
(5) mengevaluasi penguasaan kelompok atas bahaan ajar; (6) pemberian
penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.
Diantara keenam tugas guru
tersebut, yang perlu dicatat adalah tugas mengelola siswa selama belajar
kelompok. Hal ini dikarenakan pada tugas tersebut, guru diharapkan mampu
membantu siswa dalam bekerja kelompok, membantu transisi, mengajarkan
kerjasama, mengajarkan kesadaran untuk saling bergantung, serta mengajarkan
keterampilan sosial (berbagi, berperan serta, dan berkomunikasi).
3.Penilaian dalam Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan strategi
penilaian hasil belajar yang konsisten dengan tujuan pembelajaran dan model
pengajaran yang sedang digunakan merupakan suatu hal yang penting dalam
pembelajaran kooperatif. Jika guru
menggunakan pengajaran langsung untuk mengajarkan suatu keterampilan tertentu,
maka diperlukan tes kinerja untuk mengukur ketuntasan keterampilan tersebut. Demikian juga, apabila tujuan itu adalah untuk mencapai pengetahuan
deklaratif, tespaper-and-pancil merupakan alat ukur terbaik untuk mengetahui apakan
tujuan tersebut telah tercapai.
1. Pengukuran dalam Pembelajaran Kooperatif
Pengukuran hasil belajar
dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD, dilakukan guru dengan
cara meminta siswa menjawab kuis tentang materi pembelajaran. Butir-butir tes
pada kuis harus merupakan suatu jenis tes obyektif paper-and-pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau
segera setelah tes itu diberikan. Sistem penyekoran yang dipergunakan seperti
berikut :
Langkah 1
Menetapkan skor dasar
|
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan
skor-skor kuis yang lalu
|
Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini
|
Siswa memperoleh poin kuis yang berkaitan
dengan pelajaran terkini
|
Langkah 3
Menghitung skor perkembangan
|
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang
besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui
skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar -———
0 poin
|
|
10 poin di bawah sainpai 1 poin di bawah
skor dasar ——— 10 poin
|
|
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
—————-—- 20 poin
|
|
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar —————
30 poin
|
|
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor
dasar) ——30 poin
|
Besar poin yang
disumbangkan tiap siswa kepada tim ditentukan oleh berapa skor siswa melampaui
rata-rata skor kuis siswa itu sendiri di waktu lampau. Siswa dengan pekerjaan
sempurna mendapatkan poin perkembangan maksimum, tanpa memperhatikan point
dasar mereka.
Sistem pengukuran
individual ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menyumbang poin
maksimum kepada tim jika (dan hanya jika) siswa itu melakukan yang terbaik,
sebingga menunjukkan peningkatan perkembangan substansial atau mencapai
pekerjaan sempurna.
Laporan atau presentasi kelompok dapat
digunakan sebagai salah satu dasar untuk
evaluasi, dan siswa hendaknya diberi
penghargaan untuk dua-duanya, sumbangan individual dan hasil kolektif.
2. Pemberian Nilai dalam Pembelajaran Kooperatif
Pemberian nilai dalam
pembelajaran kooperatif mengharuskan guru untuk berhati-hati dengan cara menilai
yang diterapkan. Konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif adalah penting bagi
guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil akhir dan perilaku
kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Tugas penilaian ganda ini
menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu
hasil kelompok. Sebagai misal, kadang-kadang beberapa siswa ambisius dapat
mengambil bagian lebih besar dari tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek
kelompok dan kemudian merasa diperlakukan tidak adil karena temannya yang hanya
memberikan sedikit sumbangan toh menerima hasil yang sama. Sama halnya, siswa
yang telah mengabaikan tanggung jawabnya terhadap upaya kelompok dapat
menunjukkan sikap sinis terhadap suatu sistem yang memberikan penghargaan
kepada mereka untuk pekerjaan yang tidak mereka lakukan.
Suatu tugas penilaian
penting terakhir yang harus dilakukan guru adalah memberikan pengakuan atau
penghargaan terhadap upaya dan hasil belajar kooperatif yang telah dilakukan
siswa.
Prinsip Utama Belajar
Kooperatif
1. Kesamaan
tujuan
Lebih sama tujuan anak-anak dalam
kelompok, kegiatan belajar lebih kooperatif. Pada suatu saat anak-anak mungkin
tampak bekerja kooperatif apabila bertanya tentang ejaan suatu kata atau
berbagi pensil saat menggambar. Mungkin anak-anak tersebut memiliki tujuan
sendiri yang terpisah dalam kasus ini.
Jika suatu kelas bekerja sama dalam
suatu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan suatu permainan yang
menyebabkan anak-anak lain senang atau mengapresiasi kelompok itu. Namun,
tujuan tiap anak mungkin tidak sama. Seorang anak mungkin ingin menyenangkan
gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kelas lain, yang lain betul-betul
menganggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya.
Namun, makin sama tujuan makin kooperatif.
2. Ketergantungan
Positif
Prinsip kedua dari belajar kooperatif
adalah ketergantungan positif. Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok
karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama.
Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan berbagai cara sebagai
berikut.
1)
Beri anggota kelompok
peranan khusus untuk membentuk pengamal peningkat, penjelas atau perekam.
Dengan cara ini tiap individu memiliki tugas khusus dan kontribusi tiap orang
diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
2)
Pecahlah tugas rnenjadi
sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas. Setiap
anggota kelompok diberi sub tugas. Input diperlukan oleh seluruh anggota
kelompok.
3)
Nilailah kelompok
sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu. Anak-anak dapat
bekerja berpasangan dengan penilaian tiap pasangan dengan penilaian tiap
pasangan.
4)
Struktur tujuan
kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok
belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama lain.
5)
Ciptakan situasi
fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk membangun kekuatan
imaginatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi. Misalnya, "kamu di
suatu pulau dan harus mencipakan rumah, petani dan masyarakat yang mencukupi
diri sendiri"
Perbedaan antara belajar kooperatif dengan
belajar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :
Belajar Kooperatif
|
Belajar Kelompok
|
Memiliki
beragam model
|
Hanya
memiliki satu moel, yaitu beberapa siswa tergabung dalam satu kelompok
|
Memilii struktur, jumlah serta teknik tertentu
|
Memiliki satu cara, yaitu menyelesaikan tugas
tertentu bersama-sama
|
Mengaktifkan
semua angota kelompok untuk berperan serta dalam menyelesai tugas tertentu
|
Menimbulkan
gejala ketergantungan antar angota kelompok
|
Belajar kooperatif menggalang potensi sosialisasi di
antara angotanya
|
Sangat tergantung dari niat baik setiap anggota
kelompok
|
Manfaat Belajar
Kooperatlf
1. Meningkatkan
hasil belajar
2. Meningkatkan
hubungan antar kelompok, belajar kooperatif member kesempatan kepada setiap
siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna
materi pelajaran.
3. Meningkatkan
rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif darap membina sifat
kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa
andil terhadap keberhasilan tim.
4. menumbuhkan
realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat
diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit,
pelaksanaan kajian proyek, serta latihan memecahkan masalah.
5.
Memadukan
dan menerapkan pengengetahuan dan ketrampilan.
6.
Meningkatkan
perilaku dan kehadiran di kelas.
7.
Relatif
murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
Keterbatasan
Pembelajaran Kooperatif
1. Memerlukan
waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.
2.
Memerlukan
latihan agar siswa terbiaa belajar dalam tim.
3.
Model
belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan Pembahasan materi ajar,
materi ajar harus dipilih sebaik-baiknyaa agar sesuai dengan misi belajar
kooperatif.
4. Memerlukan
format penilaian belajar yang berbeda.
5. Guru
memerlukan kemampuan khusus untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar
kooperatif.
Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh
Robert Slavin (1983), dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Secara individual setiap minggu atau setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis
itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan.
Skor perkembangan ini tidak
berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor
itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar
penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor
tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang
mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang
mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu. Secara sederhana
pendekatan STAD digambarkan dalam pola sebagai berikut.
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Kelas XI Semester 1
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
4.
Menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional
|
4.1.
mendeskripsikan pengertian, pentingnya, dan sarana-sarana hubungan
internasional bagi suatu negara
|
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Setting
Penelitian
Pendekatan penelitian
yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research)
karena manekankan kelas sebagai setting dari penelitian. Dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti berusaha menguji coba suatu model pembelajaran yang bisa
dijadikan informasi untuk mengembangkan proses pembelajaran.Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan pada semester ganjil.
b.
Subyek
Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPS 1 SMA Negeri
Banyumas tahun pelajaran 2013/2014 yang
berjumlah 45 orang siswa, 27 perempuan dan 18 laki-laki
c.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september
2013.Lokasi penelitian adalah SMA Negeri Banyumas di Kabupaten Banyumas
d.
Fokus
penelitian
Fokus
penelitian ini adalah “Peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada mata pelajaran PKn”.
e.
Sumber
Data Penelitian
Sumber
data untuk penelitian ini diperoleh dari:
1. Responden
Peneliti
menetapkan sejumlah 45
siswa untuk menjadi objek penelitian di kelas XI-IPS
SMA Negeri
Banyumas pada tahun pelajaran
2013/2014.
2. Informan
· Kepala
sekolah sebagai orang bertanggung jawab terhadap sekolah yang dijadikan objek
penelitian
· Guru
Kelas sebagai orang yang terkait dalam melaksanakan berbagai tindakan yang
berhubungan dengan prestasi belajar
· Perangkat
administrasi dikelas antara lain: daftar hadir, perangkat pembelajaran, daftar
nilai dan sebagainya.
3.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
Penelitian terdiri dari dua macam yaitu instrument guru dan siswa. Instrumen
untuk guru yaitu instrument pengamtan dalam pengamatan pelaksanaan diskusi
kelompok, melaksanakan presentasi instrument untuk siswa terdiri dari
instrument penegasan pelaksanaan diskusi, instrument evaluasi dan instrument
refleksi.
4.
Metode
Pengumpulan Data
Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah:
1. Teknik
Wawancara
Wawancara
adalah percakapan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2004: 135).
Wawancara
itu digunakan untuk mengungkapkan data prnyebab kesulitan dan hambatan dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw. Wawancara dilakukan pada siswa
sebagai objek peneliyian dan pada informan sebagai pendukung yaitu kepala
sekolah dan guru.
2. Teknik
Observasi
Observasi
digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa selama proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Observasi dilakukan oleh
peneliti dan dibantu olrh guru kelas. Adapun teknik observasi yaitu: (1).
mempersiapkan lembar observasi yang berisi butiran-butiran sasaran tentang
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan dalam mengerjakan soal; (2).
melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan
guru, proses belajar mengajar sampai pada siswa memahami materi yang
disampaikan dengan metode jigsaw; (3). mencatat hasil observasi dengan mengisi
lembar observasi yang telah dipersiapkan.
3. Teknik
Dokumentasi
Dokumentasi
yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi segala bentuk arsip yang terkumpul
saat penelitian berlangsung, baik berupa data lisan, tertulis, gambar atau foto
maupun rekaman video pembelajaran.
4. Desain
Penelitian dan Tahap Penelitian
Penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), artinya penelitian yang dilakukan
di kelas dalam satu sekolah. Dalam Penelitian tindakan Kelas ini berisi
refleksi awal dan perencanaan umum. Refleksi awal berupa suatu renungan dalam
sehingga dapat menemukan kelemahan-kelemahannya yang nantinya diperoleh
kemanfaatan berupa perbaikan praktis yang meliputi penanggulangan berbagai
permasalahan belajar yang dialami siswa.
Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian
yang berdaur dengan empat tahap, yaitu (1). perencanaan, (2). pelaksanaan, (3).
pengamatan, dan (4). refleksi. Setelah dilakukan refleksi yang berupa analisis
dan penelitian terhadap proses tindakan tersebut, akan muncul permasalahan baru
yang perlu mendapat perhatian, sehingga perlu merencanakan ulang dan merefleksi
ulang, Desain tersebut bila digambarkan sebagai berikut.
Prosedur
Penelitian
Siklus I
A. Perencanaan
1.
Identifikasi masalah dan penetapan
alternative pemecahan masalah.
2.
Merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3.
Menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
4.
Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5.
Menentukan scenario pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
6.
Mempersiapkan sumber, bahan, dan
alat Bantu yang dibutuhkan.
7.
Menyusun lembar kerja siswa
8.
Mengembangkan format evaluasi
9.
Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
B. Tindakan
1.
Menerapkan tindakan yang mengacu
pada skenario pembelajaran.
2.
Siswa membaca materi yang terdapat
pada buku sumber.
3.
Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
4.
Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang materi yang dipelajari.
5.
Siswa berdiskusi membahas masalah
(kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
6.
Masing-masing kelompok melaporkan
hasil diskusi.
7.
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa
(LKS).
C. Pengamatan
1.
Melakukan observasi dengan memakai
format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan
anekdot untuk mengumpulkan data.
2.
Menlai hasil tindakan dengan
menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
D. Refleksi
1.
Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam
tindakan.
2.
Melakukan pertemuan untuk membahas
hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
3.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
A.
Perencanaan
1.
Identifikasi masalah yang muncul
pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
2.
Menentukan indikator pencapaian
hasil belajar.
3.
Pengembangan program tindakan II.
B. Tindakan
Pelaksanaan
program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada
siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan,
antara lain melalui:
1. Guru melakukan appersepsi
2. Siswa yang diperkenalkan dengan
materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3. Siswa mengamati gambar-gambar /
foto-foto yang sesuai dengan materi.
4. Siswa bertanya jawab tentang
gambar / foto.
5. Siswa menceritakan contoh-contoh hubungan dan organisasi internasional yang ada
pada gambar.
6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari
berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan
menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7. Presentasi hasil diskusi.
8. Siswa menyelesaikan tugas pada
lembar kerja siswa.
C. Pengamatan (Observasi)
1.
Melakukan observasi sesuai dengan
format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
2.
Menilai hasil tindakan sesuai dengan
format yang sudah dikembangkan.
D.
Refleksi
1.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan
pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
2.
Membahas hasil evaluasi tentang
scenario pembelajaran pada siklus II.
3.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
4.
Evaluasi tindakan II
Indikator
keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal
10% dari siklus I.
5. Metode Analisis Data
Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripti
kaulitatif dengan langkah - langkah:
1. Pada
tahap pertama peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran PKn.
2. Selanjutnya
peneliti membagikan angket kepada siswa, kepala sekolah dan guru kelas untuk
diisi dengan sejujurnya/ sebenarnya, dengan harapan setelah diisi peneliti akan
memperoleh gambaran tentang sikap, motivasi dan aktivitas belajar siswa dalam
mengikuti pelajaran PKn.
3. Pada
tahap ketiga peneliti melaksanakan tes hasil belajar. Dari pengamatan secara
kolaboratif partisipatori antara peneliti, kepala sekolah dan guru kelas
merancang suatu tindakan kelas guna meningkatkan aktivitas siswa dalam
mengikuti pelajaran khususnya materi pelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, Mudjiono. 2006. Belajar Dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Moleong,
Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. Penelitian
Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rochmadi,
Nur Wahyu.2005.Pembelajaran Kooperatif.
Universitas Negeri Semarang.
Achmad
Kosasih Djahiri. (1988). Strategi
Pembelajaran IPS/PKN. Bandung:
IKIP Bandung.
Masrokah.2010. Model Pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata
Pelajaran PPKn pada Siswa di SMP Pancasila Kabupaten Demak Tahun Pelajaran
2010-2011.Laporan Penelitian.UNNES.
Toruan SH, Drs. Aston L.2007. Pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING) dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.Laporan
Penelitian.IKIP Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bina
Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar