Rabu, 12 Juni 2013

KEABADIAN AIR SUSU IBU DALAM KEHIDUPANKU



Kisahku tentang sosok motivator di kehidupanku , aku sering memanggilnya dengan sebutan ibu aku juga sangat berantusias jika menceritakan tentang neneku yang sering aku panggil dengan sebutan mbah uti wonder womenku. Bagiku ibu adalah hidup ku karena ibu adalah tangan Tuhan yang dikirimkan ke dunia, lewat sosok ibu aku bisa terlahir ke dunia dan menghadapi tangan-tangan manusia yang banyak membuat kekacauan di dunia, tapi ibu mengajarkanku agar tidak takut menghadapinya karena doa ibu selalu besertaku .
Aku adalah seorang bayi mungil yang terlahir di sebuah rumah di pegunungan yang masuk kedalam wilayah desa terpencil di wilayah kecamatan yang termasuk dalam kecamatan pedalaman, desa karangsari namanya masih termasuk dalam wilayah kecamatan kebasen kabupaten banyumas, yaaa… aku memang si anak pedalaman, tidak berlebihan tampaknya panggilan teman- temanku sewaktu SMA, “aulia si anak nggunung “ karena akses masuk kedesaku tercinta memang sulit, harus masuk melewati persawahan yang sangat luas dengan jalan berliku memang sudah aspal tapi sayagnya aspalnya sudah mulai rusak dan banyak lubang, melewati jalan yang sulit itu barulah terlihat perumahan warga , itupun masih jauh dari rumah tempat tinggalku, kerena memang tempat tinggalku harus melewati jalan yang menanjak serta medan yang cukup terjal.Hari itu kalender menunjukan tanggal 17 april 1994 tepatnya hari minggu manis merupakan hari pertama aku merasakan hawa dunia tepat 8 bulan dikandungan ibuku, dengan bantuan bidan umi rofikoh, ibuku mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk dapat melahirkanku, aku terlahir dengan proses persalinan yang normal kemudian ayah ibuku memberiku sebuah nama Aulia Sholichah Iman Nur Chotimah, yang lebih dikenal dengan panggilan  Aulia oleh teman- temanku bahkan ayah ibu ku sering memanggilku dengan panggilan kesukaan mereka yaitu “liuk” ya apapun itu aku senang-senang saja mendengarnya , namaku memang sangat panjang yang menyiratkan berbagai harapan dari orang tuaku.aku dilahirkan dengan berat 2,4 kg, kata ibuku aku dulu sangat munggil,memang harus dimaklumi karena dalam kandungan ibuku mengalami banyak ujian, mulai dari faktor ekonomi sampai faktor keluarga tetapi ibuku tetap berjuang demi kesehatan buah hatinya dengan berbagai usaha seperti meminum susu Ibu hamil dan usaha-usaha lainya . Singkat cerita memang pada waktu aku dalam kandungan banyak yang tidak menyukai ibu dan ayahku seperti adik-adik dari ibuku bahkan orang tua ibuku ,karena memang orang tua dari ibuku tidak terlalu menyukai ayahku ,sampai saat kedua orang tuaku menikah dan akhirnya mengandung aku , setelah menikah orang tuaku tinggal di rumah orang tua dari ayahku samapi saat-saat ibuku mengandungku. Ketika ibuku akan melahirkanku ibuku dibawa ketempat mbah uti dan mbah kakungku yaitu orang tua dari ibuku, sesuai dengan permintaan mbah uti dan mbah kakungku ibuku melahirkanku di rumah mereka,sedangkan ayahku tinggal terpisah yaitu dirumah orang tua dari ayahku yang sering aku sebut dengan mbah nggunung ketika akan kelahiranku ibuku langsung dibawa ketempat mbah utiku sesuai permintaan dari mbah utiku karena memang di rumah mbah utiku yang mempnyai fasilitias lebih baik dibanding dengan mbah nggunungku seperti dipan,kamar mandi dan sebagainya ya memang sewajarnya karena mbah kakungku seorang perangkat desa dan lumayan mapan dalam perekonomian jika dibandingkan dengan orang tua dari ayahku , tanpa diduga ternyata mbah uti sudah menyiapkan perlengkapan bayi untuk cucunya yang pertama, aku memang cucunya yang pertama yang sangat diharapkanya walaupun memang ada rasa ketidasukaanya pada ayahku. Ketika aku dilahirkan ayahku memberanikan diri datang , hal itu wajar terjadi karena memang dari keluarga ibuku tidak menyukai ayahku tidak jelas sebabnya tetapi tersirat bahwa keluarga dari ibuku tidak suka karena ayahku dari keluarga yang biasa-biasa saja dan ayahku yang pada saat itu tidak bekerja sehingga timbul rasa tidak suka pada ayahku.Ayahku memanggil bidan umi untuk datang membantu persalinan, dini hari menunjukan pukul 02.30 WIB  aku terlahir, keadaan mulai tegang ketika aku tidak juga menangis tapi saat itu mbah uti dan bidan umi segara berusaha membatku menangis,bahkan mbah utiku kemudian memposisikanku dengan kepala dibawah kemudian disiramnya dengan air ceret dan akhirnya akupun menangis, memang cara itu dipakai mbah utiku sejak jaman dulu warisan dari leluhur katanya ,mbah utiku yang membantu bidan umi dalam proses kelahiranku secara cekatan karena memang sebelumnya mbah utiku sering diminta tetangga- tetangga untuk membantu proses kelahiran dari anak- anaknya, dan juga pengalaman sudah pernah melahirkan enam anak yaitu ibuku dan adik- adik dari ibuku, dengan bekal itu tentulah mbah utiku sudah cekatan dalam mendampingi proses kelahiran,ia segera menyiapkan perlengkapan untuk membersihkan dan memakaikan selimut di badanku,dari mulut ayahku petama kali aku mendengar naungan adzan, pada saat itu ibu dan ayahku menagis terharu melihat putrinya yang pertama.bidan emi mengatakan pada ibuku “ ibu hening ini putrinya mungil sekali, besok ASI eksklusif yah bu” kata-kata bidan umi teringat terus di benak ibuku hingga ibuku bertekad harus memberikan ASI eksklusif padaku apapun yang terjadi.Selang setengah jam setelah aku dilahirkan bidan umi meletakanku disamping ibuku untuk di berikan ASI.Memang saat itu banyak kekhwatiran karna ibuku bertekad meberikan ASI eksklusif selama 4bulan,tetapi ibuku tetap bertekad melakukanya dan benar-benar hanya memberikan ku ASI selama empat bulan itu, karena anjuran dari bidan yang membantu proses persalinanku, sebenarnya sempat ada wacana ASI eksklusif selama 6 bulan tetapi ibuku tidak diperbolehkan oleh mbah kakung ku karena memang khawatir pada kesehatanku, padahal mbah utiku sudah menjelaskan pada mbah kakungku tentang manfaat dari ASI eksklusif tetapi ya tetap hanya diperbolehkan sampai 4 bulan saja, hal itu patut terjadi karena memang pengetahuan orang desa tentang ASI eksklusif masih sangat minim sehingga banyak terjadi kekhawatiran dari mbah kakungku dan tetangga apabila aku hanya diberikan ASI saja maka aku tidak akan tumbuh sehat dan aku akan menangis terus menerus , dan pengalaman dari anak- anak tetangga yang memang sudah diberikan berbagai makanan tambahan selain ASI, tetapi ibuku yang memang sudah mengetahui manfaat ASI tetap bersikukuh akan memberikan ASI eksklusif padaku ,itu semua karena ibuku hobi membaca dan lewat membaca ia mengetahui manfaat dari ASI yang sangat besar, ditambah dengan saran dari bidan Umi rofikoh maka semakin bulatlah niat ibuku.ibu dan mbah utiku yang juga merupakan kader posyandu waktu itu sudah sadar akan manfaat ASI eksklusif yang sangat mendukung dari niat ibuku.Mbah utiku memang saat itu merupakan Kader posyandu di desa yang sangat gencar dalam mensosialisasikan tentang ASI eklusif ini serta sangat bersemangat untuk mengajak warga desa untuk memperhatikan kesehatan ibu dan anak khusunya untuk datang ke posyandu desa.
Lupakan konflik dalam keluarga lupakan semua masalah, ibuku sering mendongengi aku entah secara langsung atau via telephone bahkan lewat chat di facebook ibuku sering mengenang masa-masa aku kecil dulu dengan berbagai nasihat-nasihat yang ia berikan,cerita tentang perjuangan dalam melahirkanku berulang kali ia ceritakan pada ku, konflik dan perang dingin yang terjadi antara ayah dan orang tua ibuku menjadi sedikit meredapasca kelahiranku , berbagai pihak berlapangdada atas egonya masing-masing.Ibuku yang tadinya tidak mau pulang karena memang pernikahanya kurang disetujui oleh mbah uti dan mbah kakungku akhirya pulang satu hari sebelum aku dilahirkan , mbah uti dan mbah kakungku pun berlapang dada menerima kembali ibuku tetapi tidak dengan ayahku , ayahku tetap tinggal dirumah orang tuanya.Ibuku tinggal ditempat mbah utiku karena harus memberikan ASI padaku,selama empat bulan ayahku beberapa kali mengunjungi aku dan Ibuku, sebenarnya ibuku sangat ingin tinggal bersama dengan ayahku tetapi mbah uti dan mbah kakungku serta semua keluarga ibuku melarangnya karena memang ketidaksukaanya kepada ayahku,konflikpun tersulut kembali ibuku diancam oleh mbah kakungku “kalo kamu mau tetap tinggal sama suamimu silahkan tapi tinggal anakmu disini,kalian gak mampu membiayainya !” iyaaa itu ancaman dari mbah kakungku karena ibuku berpikir masih harus meberikan ASI padaku dan dukungan dari mbah utiku yang semakin melunak sejak kelahiranku akhirnya ibuku menguatkan diri untuk tetap tinggal dengan situasi yang sangat sulit berpisah dengan suami dan ditambah lagi dengan omongan-omongan dari mbah kakung dan adik-adik dari ibuku serta keluarga yang lain untuk memaksa ibuku untuk berpisah dengan ayahku,demi aku demi memberi ASI padaku ibuku tetap sabar dan tetap tersenyum dalam tangisanya dan berusaha agar tetap tenang dan tidak stress agar produksi air susunya tetap melimpah, berkat doanya ASIpun keluar dengan derasnya dari puting ibuku , sampai umurku 4 bulan selain diberikan ASI aku juga diberikan bubur Promina, dan sesuai saran dari mbah utiku ibuku memberikan bubur beras merah yang sebelumnya telah digoreng dengan menggunakan sangan tanpa minyak dan kemudian diselip menjadi beras dan dimasak menjadi bubur beras merah sampai umurku 1 tahun, gigikupun mulai tumbuh saat itu,ibuku dan mbah utiku rajin membawaku ke posyandu desa, untuk mengontrol dan mengetahui perkembanganku, bahkan saat umurku sekitar 1 tahun aku mengikuti lomba balita sehat yang diadakan oleh mahasiswa dari sebuah universitas yang sedang mengadakan kuliah kerja nyata di desaku,penjurian diadakan dengan berbagai aktifitas seperti merangkak, berbicara dan yang lainya, akhirnya aku mendapatkan juara dua lomba balita sehat, yaa itu memang berkat ibu nan neneku yang sangat rajin merawat dan mengajariku berbagai hal sampai usia 1 tahun aku sudah bisa melakukan berbagai hal untuk ukuran seorang anak satu tahun. Bersamaan denganku ibukupun memperoleh juara sebagai kader posyandu terbaik. Pada suatu waktu ketika aku berumur kira-kira 17 bulan , ibuku memutuskan untuk ikut tinggal bersama ayahku yang saat itu bekerja sebagai tukang kayu.Ibuku sadar bahwa ia tidak boleh egois mebawaku bersamanya karena ibuku saat itu juga sangat khawatir apabila tidak bisa memenuhi kebutuhanku dan giziku yang cukup akhirnya ibuku pergi dan tinggal bersama ayahku, ibuku tidak meninggalkanku karena ia berniat akan tetap memberiku ASI sampai umurku 2 tahun walaupun memang sejak umur 4 bulan aku sudah diberi bubur Promina oleh ibuku,setiap harinya ibu dan kadang-kadang bersama ayahku mengunjungiku ditempat mbah uti dan mbah kakung untuk memberikan ASI padaku,setiap ibu menyusuiku ibu selalu berkata “ nak,hanya ini yang bisa ibu berikan kepadamu, tapi ibu yakin akan sangat bermanfaat untukmu kelak ” iyaaa itu yang diceritakan ibuku, memang rumah mbah nggunugku dengan mbah uti dan kakungku itu memang berdekatan dan masih dalam satu desa,ibuku tidak bisa membelikanku baju-baju bagus gelang kalung seperti yang diberikan mbah uti dan mbah kakungku tetapi lebih dari itu ibuku memberikanku bagian dari dirinya yaitu Air Susu Ibu yang mengandung banyak manfaat melebihi susu dan makanan bergizi manapun yang ada di dunia, ibuku memberikaku ASI eksklusif untukku dengan iklas dengan kasih sayangnya dengan dukungan dari mbah utiku dengan semua pelakuan yang tidak menyenangkan dari mbah kakungku dan segenap keluarga lainya, ibuku tetap berjuang untuk memberikanku ASI setiap harinya,bahkan ditaruhnya kedalam botol susu untuk persediaan ku.
Aku sudah berumur 18 bulan tampaknya aku sudah enggan dengan ASI,iyaa saat umurku sudah 18 bulan aku mulai menyapih sendiri, ASIpun sudah tidak lagi diberikan yaaa memang aku seakan akan sudah mengerti dengan keadaan yang memang sulit  dari kedua orang tuaku, yang tadinya ibuku berniat memberikanku ASI sampai 2 tahun tetapi hanya sampai 18 bulan,kejadianyapun sangat unik ketika itu ibuku yang sedang berbaring disampingku tertidur tanpa sadar aku bermain obat merah dan kemudian mengoles-ngoleskanya ke payudara ibuku sehingga payudaranya berwarna merah yang kemudian menjadikanku takut untuk munyusu pada ibuku,ya proses itu memang terjadi alami dan begitu saja tanpa paksaan dari ibuku, kemudian  aku disambung menggunakan susu formula,mbah utiku sangat rajin memberiku susu formula sampai aku sekolah dasar, tapi aku termasuk anak yang tidak terlalu suka minum susu formula bahkan aku lebih suka minum air teh , memang sejak saat itu aku tinggal dan dibesarkan oleh mbah uti dan mbah kakungku, mbah uti memang sangat menyanyangikui tetapi terkadang dengan perlakuan tante-tanteku yang kurang menyenangkan sering berbicara tentang hal-hal yang tidak baik tentang ibuku, tetapi itu semua tidak menguatkan tekatku untu tetap menjadi anak terbaik untuk ayah dan ibu, walaupun aku tinggal terpisah dengan kedua orang tuaku aku masih diberi kasih sayang lewat semangat-semangat yang selalu bergulir di telingaku,hingga aku tumbuh menjadi anak yang ceria sehat dan alhamdulilah selalu berprestasi disekolah, itu merupakan keajaiban ASI ibu, aku tidak suka minum susu formula sampai sekarang aku berusia 18 tahun, makananku juga biasa saja, tapi sejak SD aku selalu mendapat rengking dikelas,dan yang paling membanggakanku saat ibuku masih ada disini,ibuku melihatku berdiri di depan dan menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik kedua di SDN 1 Karangsari dan SMPN 2 kebasen, tapi sayang sewaktu lulus SMA ibuku tidak sempat melihatnya,hanya sewaktu menjadi mayoret kentongan di SMAN Banyumas ibuku sempat melihatnya karena pada waktu SMA ibu dan ayahku serta adiku pindah ke jambi sedangkan aku masih tetap tinggal bersama mbah uti dan mbah kakungku Hingga akhirnya aku mendapatkan beasiswa full study di Universita Negeri Semarang,sampai saat ini aku yakin semua prestasi yag aku raih berkat doa dan pasti keajaiban ASI eksklusif yang diberikan ibu padaku dengan dukungan dari mbah utiku dengan segala persoalan yang sebenarnya terjadi dikeluargaku, karena sungguh besar manfaat dari air susu ibu yang sudah disadari oleh ibuku sejak aku lahir dan juga mbah utiku yang mendukung ASI eksklusif tidak seperti nenek lain di desa ku yang melarang ASI eksklusif karena memang mereka masih sangat tradisional dan minim akan informasi yang menjadikan katakutan jika bayi hanya diberikan ASI saja bayi akan kekurangan gizi dan rewel yang menjadikan bayi itu tidak sehat,memang itukah keadaan dari desaku di tahun 1994”an, kasih sayang yang diberikan mbah utiku yang dari kecil merawatku seperti anaknya sendiri , memberikanku susu formula memberiku gizi yang cukup, berbagai imunisasi yang diberikan dan membawaku ke posyandu bahkan sampai umurku 5 tahun itu semua  mengantarkanku pada sebuah kesuksesan sejati agar kelak saat aku menjadi seorang ibu aku dapat memberikan kebahagiaan yang utuh untuk anakku,ASI eksklusif, gizi yang cukup dan kasih sayang dari ayah ibu serta kakek dan nenek yang sangat penyanyang seperti ibu dan ayahku. Sampai saat ini ibuku terus memberikan ku dukungan dan nasihat- nasihat terutama untuk menghindari pernikahan dini dan bahaya seks bebas dan berbagai nasihat lain yang sangat bermanfaat untukku,mbah utiku sampai saat ini juga aktif sebagai kader posyandu bahkan saat ini posyandu dilaksanakan dirumah mbah uti ku , akupun sering ikut berbaur besama ibu-ibu posyandu yang ada dirumah mbah utiku yang dilaksanakan setiap tanggal 10, menyaksikan bayi-bayi kecil yang ditimbang disuntik oleh bu bidan dan sebagainya, senang rasanya menyaksikan itu semua.aku berharap kesadaran akan kesehatan ibu dan anak semakin meningkat di desaku khusunya untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan yang pasti akan sangat bermanfaat bukan hanya untuk anak tetapi juga untuk ibu,itulah keabadian ASI.
Karya ini aku persembahkan untuk ibunda dan mbah uti ku tercinta.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar