Kisahku tentang sosok motivator di kehidupanku , aku
sering memanggilnya dengan sebutan ibu aku juga sangat berantusias jika
menceritakan tentang neneku yang sering aku panggil dengan sebutan mbah uti
wonder womenku. Bagiku ibu adalah hidup ku karena ibu adalah tangan Tuhan yang
dikirimkan ke dunia, lewat sosok ibu aku bisa terlahir ke dunia dan menghadapi
tangan-tangan manusia yang banyak membuat kekacauan di dunia, tapi ibu
mengajarkanku agar tidak takut menghadapinya karena doa ibu selalu besertaku .
Aku adalah seorang bayi mungil yang terlahir di
sebuah rumah di pegunungan yang masuk kedalam wilayah desa terpencil di wilayah
kecamatan yang termasuk dalam kecamatan pedalaman, desa karangsari namanya
masih termasuk dalam wilayah kecamatan kebasen kabupaten banyumas, yaaa… aku
memang si anak pedalaman, tidak berlebihan tampaknya panggilan teman- temanku
sewaktu SMA, “aulia si anak nggunung “ karena akses masuk kedesaku tercinta
memang sulit, harus masuk melewati persawahan yang sangat luas dengan jalan
berliku memang sudah aspal tapi sayagnya aspalnya sudah mulai rusak dan banyak
lubang, melewati jalan yang sulit itu barulah terlihat perumahan warga , itupun
masih jauh dari rumah tempat tinggalku, kerena memang tempat tinggalku harus
melewati jalan yang menanjak serta medan yang cukup terjal.Hari itu kalender
menunjukan tanggal 17 april 1994 tepatnya hari minggu manis merupakan hari
pertama aku merasakan hawa dunia tepat 8 bulan dikandungan ibuku, dengan
bantuan bidan umi rofikoh, ibuku mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk dapat
melahirkanku, aku terlahir dengan proses persalinan yang normal kemudian ayah
ibuku memberiku sebuah nama Aulia Sholichah Iman Nur Chotimah, yang lebih
dikenal dengan panggilan Aulia oleh
teman- temanku bahkan ayah ibu ku sering memanggilku dengan panggilan kesukaan
mereka yaitu “liuk” ya apapun itu aku senang-senang saja mendengarnya , namaku
memang sangat panjang yang menyiratkan berbagai harapan dari orang tuaku.aku
dilahirkan dengan berat 2,4 kg, kata ibuku aku dulu sangat munggil,memang harus
dimaklumi karena dalam kandungan ibuku mengalami banyak ujian, mulai dari
faktor ekonomi sampai faktor keluarga tetapi ibuku tetap berjuang demi
kesehatan buah hatinya dengan berbagai usaha seperti meminum susu Ibu hamil dan
usaha-usaha lainya . Singkat cerita memang pada waktu aku dalam kandungan banyak
yang tidak menyukai ibu dan ayahku seperti adik-adik dari ibuku bahkan orang
tua ibuku ,karena memang orang tua dari ibuku tidak terlalu menyukai ayahku
,sampai saat kedua orang tuaku menikah dan akhirnya mengandung aku , setelah
menikah orang tuaku tinggal di rumah orang tua dari ayahku samapi saat-saat
ibuku mengandungku. Ketika ibuku akan melahirkanku ibuku dibawa ketempat mbah
uti dan mbah kakungku yaitu orang tua dari ibuku, sesuai dengan permintaan mbah
uti dan mbah kakungku ibuku melahirkanku di rumah mereka,sedangkan ayahku tinggal
terpisah yaitu dirumah orang tua dari ayahku yang sering aku sebut dengan mbah
nggunung ketika akan kelahiranku ibuku langsung dibawa ketempat mbah utiku
sesuai permintaan dari mbah utiku karena memang di rumah mbah utiku yang mempnyai
fasilitias lebih baik dibanding dengan mbah nggunungku seperti dipan,kamar
mandi dan sebagainya ya memang sewajarnya karena mbah kakungku seorang
perangkat desa dan lumayan mapan dalam perekonomian jika dibandingkan dengan
orang tua dari ayahku , tanpa diduga ternyata mbah uti sudah menyiapkan
perlengkapan bayi untuk cucunya yang pertama, aku memang cucunya yang pertama
yang sangat diharapkanya walaupun memang ada rasa ketidasukaanya pada ayahku.
Ketika aku dilahirkan ayahku memberanikan diri datang , hal itu wajar terjadi
karena memang dari keluarga ibuku tidak menyukai ayahku tidak jelas sebabnya
tetapi tersirat bahwa keluarga dari ibuku tidak suka karena ayahku dari
keluarga yang biasa-biasa saja dan ayahku yang pada saat itu tidak bekerja
sehingga timbul rasa tidak suka pada ayahku.Ayahku memanggil bidan umi untuk
datang membantu persalinan, dini hari menunjukan pukul 02.30 WIB aku terlahir, keadaan mulai tegang ketika aku
tidak juga menangis tapi saat itu mbah uti dan bidan umi segara berusaha membatku
menangis,bahkan mbah utiku kemudian memposisikanku dengan kepala dibawah
kemudian disiramnya dengan air ceret dan akhirnya akupun menangis, memang cara
itu dipakai mbah utiku sejak jaman dulu warisan dari leluhur katanya ,mbah
utiku yang membantu bidan umi dalam proses kelahiranku secara cekatan karena
memang sebelumnya mbah utiku sering diminta tetangga- tetangga untuk membantu
proses kelahiran dari anak- anaknya, dan juga pengalaman sudah pernah
melahirkan enam anak yaitu ibuku dan adik- adik dari ibuku, dengan bekal itu
tentulah mbah utiku sudah cekatan dalam mendampingi proses kelahiran,ia segera
menyiapkan perlengkapan untuk membersihkan dan memakaikan selimut di
badanku,dari mulut ayahku petama kali aku mendengar naungan adzan, pada saat
itu ibu dan ayahku menagis terharu melihat putrinya yang pertama.bidan emi
mengatakan pada ibuku “ ibu hening ini putrinya mungil sekali, besok ASI eksklusif
yah bu” kata-kata bidan umi teringat terus di benak ibuku hingga ibuku bertekad
harus memberikan ASI eksklusif padaku apapun yang terjadi.Selang setengah jam
setelah aku dilahirkan bidan umi meletakanku disamping ibuku untuk di berikan
ASI.Memang saat itu banyak kekhwatiran karna ibuku bertekad meberikan ASI
eksklusif selama 4bulan,tetapi ibuku tetap bertekad melakukanya dan benar-benar
hanya memberikan ku ASI selama empat bulan itu, karena anjuran dari bidan yang
membantu proses persalinanku, sebenarnya sempat ada wacana ASI eksklusif selama
6 bulan tetapi ibuku tidak diperbolehkan oleh mbah kakung ku karena memang
khawatir pada kesehatanku, padahal mbah utiku sudah menjelaskan pada mbah
kakungku tentang manfaat dari ASI eksklusif tetapi ya tetap hanya diperbolehkan
sampai 4 bulan saja, hal itu patut terjadi karena memang pengetahuan orang desa
tentang ASI eksklusif masih sangat minim sehingga banyak terjadi kekhawatiran
dari mbah kakungku dan tetangga apabila aku hanya diberikan ASI saja maka aku
tidak akan tumbuh sehat dan aku akan menangis terus menerus , dan pengalaman
dari anak- anak tetangga yang memang sudah diberikan berbagai makanan tambahan
selain ASI, tetapi ibuku yang memang sudah mengetahui manfaat ASI tetap
bersikukuh akan memberikan ASI eksklusif padaku ,itu semua karena ibuku hobi
membaca dan lewat membaca ia mengetahui manfaat dari ASI yang sangat besar,
ditambah dengan saran dari bidan Umi rofikoh maka semakin bulatlah niat ibuku.ibu
dan mbah utiku yang juga merupakan kader posyandu waktu itu sudah sadar akan
manfaat ASI eksklusif yang sangat mendukung dari niat ibuku.Mbah utiku memang
saat itu merupakan Kader posyandu di desa yang sangat gencar dalam
mensosialisasikan tentang ASI eklusif ini serta sangat bersemangat untuk
mengajak warga desa untuk memperhatikan kesehatan ibu dan anak khusunya untuk
datang ke posyandu desa.
Lupakan konflik dalam keluarga lupakan semua
masalah, ibuku sering mendongengi aku entah secara langsung atau via telephone
bahkan lewat chat di facebook ibuku sering mengenang masa-masa aku kecil dulu
dengan berbagai nasihat-nasihat yang ia berikan,cerita tentang perjuangan dalam
melahirkanku berulang kali ia ceritakan pada ku, konflik dan perang dingin yang
terjadi antara ayah dan orang tua ibuku menjadi sedikit meredapasca kelahiranku
, berbagai pihak berlapangdada atas egonya masing-masing.Ibuku yang tadinya
tidak mau pulang karena memang pernikahanya kurang disetujui oleh mbah uti dan
mbah kakungku akhirya pulang satu hari sebelum aku dilahirkan , mbah uti dan
mbah kakungku pun berlapang dada menerima kembali ibuku tetapi tidak dengan
ayahku , ayahku tetap tinggal dirumah orang tuanya.Ibuku tinggal ditempat mbah
utiku karena harus memberikan ASI padaku,selama empat bulan ayahku beberapa
kali mengunjungi aku dan Ibuku, sebenarnya ibuku sangat ingin tinggal bersama
dengan ayahku tetapi mbah uti dan mbah kakungku serta semua keluarga ibuku
melarangnya karena memang ketidaksukaanya kepada ayahku,konflikpun tersulut
kembali ibuku diancam oleh mbah kakungku “kalo kamu mau tetap tinggal sama
suamimu silahkan tapi tinggal anakmu disini,kalian gak mampu membiayainya !”
iyaaa itu ancaman dari mbah kakungku karena ibuku berpikir masih harus
meberikan ASI padaku dan dukungan dari mbah utiku yang semakin melunak sejak
kelahiranku akhirnya ibuku menguatkan diri untuk tetap tinggal dengan situasi
yang sangat sulit berpisah dengan suami dan ditambah lagi dengan
omongan-omongan dari mbah kakung dan adik-adik dari ibuku serta keluarga yang
lain untuk memaksa ibuku untuk berpisah dengan ayahku,demi aku demi memberi ASI
padaku ibuku tetap sabar dan tetap tersenyum dalam tangisanya dan berusaha agar
tetap tenang dan tidak stress agar produksi air susunya tetap melimpah, berkat
doanya ASIpun keluar dengan derasnya dari puting ibuku , sampai umurku 4 bulan
selain diberikan ASI aku juga diberikan bubur Promina, dan sesuai saran dari
mbah utiku ibuku memberikan bubur beras merah yang sebelumnya telah digoreng
dengan menggunakan sangan tanpa minyak dan kemudian diselip menjadi beras dan
dimasak menjadi bubur beras merah sampai umurku 1 tahun, gigikupun mulai tumbuh
saat itu,ibuku dan mbah utiku rajin membawaku ke posyandu desa, untuk
mengontrol dan mengetahui perkembanganku, bahkan saat umurku sekitar 1 tahun
aku mengikuti lomba balita sehat yang diadakan oleh mahasiswa dari sebuah
universitas yang sedang mengadakan kuliah kerja nyata di desaku,penjurian
diadakan dengan berbagai aktifitas seperti merangkak, berbicara dan yang
lainya, akhirnya aku mendapatkan juara dua lomba balita sehat, yaa itu memang
berkat ibu nan neneku yang sangat rajin merawat dan mengajariku berbagai hal
sampai usia 1 tahun aku sudah bisa melakukan berbagai hal untuk ukuran seorang
anak satu tahun. Bersamaan denganku ibukupun memperoleh juara sebagai kader
posyandu terbaik. Pada suatu waktu ketika aku berumur kira-kira 17 bulan ,
ibuku memutuskan untuk ikut tinggal bersama ayahku yang saat itu bekerja
sebagai tukang kayu.Ibuku sadar bahwa ia tidak boleh egois mebawaku bersamanya
karena ibuku saat itu juga sangat khawatir apabila tidak bisa memenuhi
kebutuhanku dan giziku yang cukup akhirnya ibuku pergi dan tinggal bersama
ayahku, ibuku tidak meninggalkanku karena ia berniat akan tetap memberiku ASI
sampai umurku 2 tahun walaupun memang sejak umur 4 bulan aku sudah diberi bubur
Promina oleh ibuku,setiap harinya ibu dan kadang-kadang bersama ayahku
mengunjungiku ditempat mbah uti dan mbah kakung untuk memberikan ASI
padaku,setiap ibu menyusuiku ibu selalu berkata “ nak,hanya ini yang bisa ibu
berikan kepadamu, tapi ibu yakin akan sangat bermanfaat untukmu kelak ” iyaaa
itu yang diceritakan ibuku, memang rumah mbah nggunugku dengan mbah uti dan
kakungku itu memang berdekatan dan masih dalam satu desa,ibuku tidak bisa
membelikanku baju-baju bagus gelang kalung seperti yang diberikan mbah uti dan
mbah kakungku tetapi lebih dari itu ibuku memberikanku bagian dari dirinya
yaitu Air Susu Ibu yang mengandung banyak manfaat melebihi susu dan makanan
bergizi manapun yang ada di dunia, ibuku memberikaku ASI eksklusif untukku
dengan iklas dengan kasih sayangnya dengan dukungan dari mbah utiku dengan
semua pelakuan yang tidak menyenangkan dari mbah kakungku dan segenap keluarga
lainya, ibuku tetap berjuang untuk memberikanku ASI setiap harinya,bahkan
ditaruhnya kedalam botol susu untuk persediaan ku.
Aku sudah berumur 18 bulan tampaknya aku sudah
enggan dengan ASI,iyaa saat umurku sudah 18 bulan aku mulai menyapih sendiri,
ASIpun sudah tidak lagi diberikan yaaa memang aku seakan akan sudah mengerti
dengan keadaan yang memang sulit dari
kedua orang tuaku, yang tadinya ibuku berniat memberikanku ASI sampai 2 tahun
tetapi hanya sampai 18 bulan,kejadianyapun sangat unik ketika itu ibuku yang
sedang berbaring disampingku tertidur tanpa sadar aku bermain obat merah dan
kemudian mengoles-ngoleskanya ke payudara ibuku sehingga payudaranya berwarna
merah yang kemudian menjadikanku takut untuk munyusu pada ibuku,ya proses itu
memang terjadi alami dan begitu saja tanpa paksaan dari ibuku, kemudian aku disambung menggunakan susu formula,mbah
utiku sangat rajin memberiku susu formula sampai aku sekolah dasar, tapi aku
termasuk anak yang tidak terlalu suka minum susu formula bahkan aku lebih suka
minum air teh , memang sejak saat itu aku tinggal dan dibesarkan oleh mbah uti
dan mbah kakungku, mbah uti memang sangat menyanyangikui tetapi terkadang dengan
perlakuan tante-tanteku yang kurang menyenangkan sering berbicara tentang
hal-hal yang tidak baik tentang ibuku, tetapi itu semua tidak menguatkan
tekatku untu tetap menjadi anak terbaik untuk ayah dan ibu, walaupun aku
tinggal terpisah dengan kedua orang tuaku aku masih diberi kasih sayang lewat
semangat-semangat yang selalu bergulir di telingaku,hingga aku tumbuh menjadi
anak yang ceria sehat dan alhamdulilah selalu berprestasi disekolah, itu merupakan
keajaiban ASI ibu, aku tidak suka minum susu formula sampai sekarang aku
berusia 18 tahun, makananku juga biasa saja, tapi sejak SD aku selalu mendapat
rengking dikelas,dan yang paling membanggakanku saat ibuku masih ada
disini,ibuku melihatku berdiri di depan dan menerima penghargaan sebagai
lulusan terbaik kedua di SDN 1 Karangsari dan SMPN 2 kebasen, tapi sayang
sewaktu lulus SMA ibuku tidak sempat melihatnya,hanya sewaktu menjadi mayoret
kentongan di SMAN Banyumas ibuku sempat melihatnya karena pada waktu SMA ibu
dan ayahku serta adiku pindah ke jambi sedangkan aku masih tetap tinggal
bersama mbah uti dan mbah kakungku Hingga akhirnya aku mendapatkan beasiswa
full study di Universita Negeri Semarang,sampai saat ini aku yakin semua
prestasi yag aku raih berkat doa dan pasti keajaiban ASI eksklusif yang
diberikan ibu padaku dengan dukungan dari mbah utiku dengan segala persoalan
yang sebenarnya terjadi dikeluargaku, karena sungguh besar manfaat dari air
susu ibu yang sudah disadari oleh ibuku sejak aku lahir dan juga mbah utiku
yang mendukung ASI eksklusif tidak seperti nenek lain di desa ku yang melarang
ASI eksklusif karena memang mereka masih sangat tradisional dan minim akan
informasi yang menjadikan katakutan jika bayi hanya diberikan ASI saja bayi
akan kekurangan gizi dan rewel yang menjadikan bayi itu tidak sehat,memang
itukah keadaan dari desaku di tahun 1994”an, kasih sayang yang diberikan mbah
utiku yang dari kecil merawatku seperti anaknya sendiri , memberikanku susu
formula memberiku gizi yang cukup, berbagai imunisasi yang diberikan dan
membawaku ke posyandu bahkan sampai umurku 5 tahun itu semua mengantarkanku pada sebuah kesuksesan sejati
agar kelak saat aku menjadi seorang ibu aku dapat memberikan kebahagiaan yang
utuh untuk anakku,ASI eksklusif, gizi yang cukup dan kasih sayang dari ayah ibu
serta kakek dan nenek yang sangat penyanyang seperti ibu dan ayahku. Sampai
saat ini ibuku terus memberikan ku dukungan dan nasihat- nasihat terutama untuk
menghindari pernikahan dini dan bahaya seks bebas dan berbagai nasihat lain
yang sangat bermanfaat untukku,mbah utiku sampai saat ini juga aktif sebagai
kader posyandu bahkan saat ini posyandu dilaksanakan dirumah mbah uti ku ,
akupun sering ikut berbaur besama ibu-ibu posyandu yang ada dirumah mbah utiku
yang dilaksanakan setiap tanggal 10, menyaksikan bayi-bayi kecil yang ditimbang
disuntik oleh bu bidan dan sebagainya, senang rasanya menyaksikan itu semua.aku
berharap kesadaran akan kesehatan ibu dan anak semakin meningkat di desaku
khusunya untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan yang pasti akan sangat
bermanfaat bukan hanya untuk anak tetapi juga untuk ibu,itulah keabadian ASI.
Karya
ini aku persembahkan untuk ibunda dan mbah uti ku tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar